Semakin berkembangnya kota-kota besar di Nusantara menarik para pekerja dari seluruh Indonesia untuk merantau ke sana untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Fresh graduate atau lulusan baru dari berbagai kampus baik negeri dan swasta pun berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan yang memang lebih sering terdapat di kota-kota besar tersebut. Akibatnya, beberapa kota besar sampai ibukota pun disesaki kaum pendatang. Buktinya, saat Lebaran tiba, Jakarta menjadi sepi dari lautan manusia yang biasanya mengakibatkan kemacetan karena sebagian besar penghuninya mudik ke kampung halamannya masing-masing.
Sayangnya, derasnya arus pekerja yang notabene kelas menengah ini kadang tidak dibarengi dengan infrastruktur yang baik. Mahalnya harga properti membuat para perantauan ini biasanya memutuskan untuk memilih kos sebagai tempat tinggal, bahkan bagi pasangan yang sudah menikah sekalipun. Rumah susun (rusun), yang adalah model apartemen ala Indonesia, juga dirasa kurang pantas mereka tempati karena biasanya dialokasikan untuk kalangan menengah ke bawah.
Memang sudah banyak kos yang menyediakan fasilitas wah dengan tarif yang selangit. Tapi tetap saja, kos berarti berbagi rumah dengan orang lain, yang berarti harus banyak-banyak toleransi. Berbagi kulkas, dapur, sampai kamar mandi pun seringkali dilakukan.
Ingin menyewa apartemen, bahkan yang kelas studio pun kadang berat dilakukan. Apartemen kosongan sering meminta pembayaran full setahun di depan, sementara gaji para pekerja ini biasanya bulanan. Tarifnya pun sering tidak sesuai dengan kondisi keuangan para salary man ini. Lagipula apartemen di Indonesia masih diibaratkan sebagai tempat untuk kalangan kelas atas yang berduit tebal dan bermobil.
Karena itulah saya mulai berangan-angan, adakah kiranya suatu saat pemerintah tertarik untuk membikin hunian nyaman untuk kalangan kelas menengah yang terdiri dari para karyawan kantoran berpenghasilan sedang ini? Dengan model sedikit lebih baik dari rusun namun tarif yang tidak memberatkan layaknya apartemen. Saya pun terpikir model apartemen ala Jepang, yang tarif sewanya terjangkau bahkan oleh lulusan baru sekalipun.
Di Jepang, ada beberapa jenis layout apartemen yang berbeda, yaitu LDK, 1LDK, 1K/1DK, 1R, dan 1SLDK. LDK adalah kepanjangan dari living room/ruang tamu, dining room/ruang makan, dan kitchen/dapur. Yang berarti di apartemen tersebut terdapat ketiga ruangan ini, namun dengan kondisi yang biasanya tidak disekat. Sementara 1LDK berarti ada satu kamar sebagai tambahan dari LDK. 1K / 1DK berarti apartemen tersebut hanya memiliki kitchen atau perpaduan dari dining room dan kitchen. Sedangkan 1R berarti one room/satu ruangan yang artinya di apartemen itu hanya ada satu ruangan termasuk kamar mandi, meski biasanya kamar mandinya memiliki sekat. 1SLDK sama seperti LDK dengan tambahan satu ruangan kecil yang bisa ditempatkan sebagai tempat penyimpanan barang.
Tarif sewa apartemen di Jepang bervariasi tergantung dari jenis layout dan fasilitasnya. Saat coba-coba browsing tentang tarif apartemen di Tokyo yang adalah salah satu kota termahal di dunia, harga sewa apartemen murah tipe 1K ada yang sebesar 30.000 yen. Dengan gaji para fresh graduate Jepang yang rata-rata 250.000 yen per bulan, maka bisa dibilang bahwa ini cukup terjangkau. Hanya dengan menyisihkan sekitar 11% dari pendapatannya sebulan, seseorang yang baru diterima bekerja sudah bisa menyewa apartemen untuk dirinya sendiri tanpa harus berbagi dengan orang lain. Bukankah itu menyenangkan?
Sementara di Indonesia, dengan asumsi UMR 2016 yang sebesar 3 juta rupiah, maka 11% dari besaran gaji tersebut hanya bisa digunakan untuk menyewa satu kamar kos sederhana yang biasanya tanpa kamar mandi dalam. Cuma satu kamar untuk tidur dan untuk kebutuhan yang lainnya maka harus berbagi dengan orang lain. Kondisi ini tentunya kurang menyenangkan, terlebih bagi pasangan yang sudah menikah.
Karena itulah saya berharap pemerintah untuk lebih memperhatikan hunian nyaman bagi kelas menengah, kalau perlu dengan mengadopsi ide apartemen ala Jepang. Sehingga bahkan para lulusan baru dari kampus bisa hidup dengan lebih mandiri di suatu tempat yang bisa diatur sendiri, dengan tarif yang cukup murah. Bukankah bagus jika lima tahun ke depan kita sudah bisa melihat apartemen-apartemen layak huni bertarif terjangkau yang bisa ditempati para karyawan kantoran?
Tentunya pembangunan apartemen kelas menengah ini diharapkan tidak bentrok dengan pemilik kos-kosan, kalau perlu pemerintah bekerja sama dengan pemilik kos-kosan untuk meningkatkan fasilitas yang diberikan dengan tarif yang kompetitif sehingga bisa menjadi pilihan alternatif jika apartemen yang diinginkan tidak atau belum tersedia. Lagipula mungkin masih banyak yang ingin hidup dalam suatu kebersamaan di lingkungan ala kos konvensional, sehingga bisnis kos-kosan tidak sepenuhnya terganggu karena adanya proyek apartemen kelas menengah ini. Ketika internet hadir pun, tidak berarti semua media lainnya otomatis gulung tikar. Dengan inovasi yang cukup, masih banyak stasiun radio atau majalah dan koran yang eksis sampai sekarang.
Dengan memiliki tempat tinggal yang lebih layak, maka kelas menengah di Indonesia akan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pada gilirannya itu akan membantu meningkatkan kinerja yang tidak hanya mempercepat pembangunan di daerah masing-masing tapi juga memajukan SDM Indonesia secara keseluruhan sehingga Indonesia menjadi bangsa yang unggul dan berkompetensi. Bukankah tiga kebutuhan pokok Indonesian adalah sandang, pangan, dan papan?
Semoga saja hal ini bisa segera terwujud dalam waktu dekat dan sementara menunggu, mari kita sibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dengan demikian, ketika infrastruktur yang ditunggu sudah jadi, kita sudah bisa memanfaatkannya untuk kemajuan diri sendiri dan masyarakat di sekitar kita.
Sumber tulisan:
Lebaran, Jalanan Jakarta Sepi dan Lengang
WHAT DO JAPANESE APARTMENT LAYOUT TERMS MEAN?
T0kyorent
Salaries in Japan