Dikejar Rezeki, Memang Bisa?

ilustrasi-uang-rupiah_20170518_085658
Kadang, untuk mencapai "rezeki" yang diinginkan, banyak orang yang siap menghalalkan segala cara. Mulai dari menusuk dari belakang, bullying, fitnah, korupsi, sikut kanan-kiri dan segalanya akan dilakukan hanya demi agar orang lain tidak mengambil apa yang dia kira adalah "rezeki" dia. Padahal rezeki sudah ada yang mengatur, namun ada yang berpendapat, "ini adalah zaman edan, kalau tidak ikut-ikutan edan maka tidak akan kebagian". Faktanya, Allah tidak akan pernah abai dalam memberikan rezeki pada hamba-Nya, meski kita sendiri mungkin berusaha untuk "menolaknya".

Cerita ini berdasarkan pengalaman saya sendiri. Beberapa waktu lalu, di Linkedin, saya pernah dihubungi melalui fitur pesan oleh salah satu staf dari perusahaan luar negeri untuk mengisi sebuah survey selama 15 menit dengan iming-iming imbalan yang cukup besar.

Waktu itu saya tertawa saja dan memilih untuk mengabaikannya karena menganggap itu hanya bualan semata untuk menarik orang-orang agar tertarik mengisi surveynya.

Tak dinyana, staf yang bersangkutan terus mengirimi saya pesan yang sama, dalam bahasa Indonesia yang bagus pula. Penasaran, saya cek profilnya, dan sepertinya ini bukan profil rekaan karena dibuat dengan cukup detail. Namun saya masih tetap ragu karena menganggap bahwa penipuan zaman sekarang sudah banyak yang semakin profesional dalam mengelabuhi calon korbannya, jadi kembali mengabaikan pesan tersebut.

Namun staf itu rupanya pantang menyerah dan mengirimi pesan ke akun email pribadi saya. Akhirnya, melihat jerih-payah staf tersebut, saya luluh dan bersedia mengisi survey itu meski mungkin nantinya tidak ada imbalannya. "Hitung-hitung sedekah, bantu orang lain," begitu pikir saya saat itu.

Setelah mengisi survey dan memberikan notifikasi pada staf tersebut, saya dikabari bahwa pembayarannya akan dilaksanakan seminggu setelah survey itu diisi. Saya tunggu seminggu kemudian dan setelah dicek tanpa ada pembayaran masuk, maka saya biarkan saja karena sudah terlanjur mengikhlaskannya.

Namun yang tak diduga, beberapa hari setelahnya, saya mendapat email bahwa pembayaran atas survey tersebut telah dikirimkan dan hendaknya saya bersedia untuk mengkonfirmasi hal tersebut. Setengah tidak percaya, saya mengecek ke akun Paypal saya dan ternyata benar, imbalan dari pengisian survey tersebut sudah masuk, dengan nominal yang sesuai dengan yang pernah dijanjikan!

Berkaca dari peristiwa ini, saya jadi semakin yakin bahwa rezeki itu memang akan benar-benar sampai ke pemiliknya. Buktinya, tanpa jungkir-balik dengan manuver yang cantik-cantik itu, rezeki yang telah ditakdirkan tetap sampai ke tangan saya, meski mungkin sudah dihalangi dengan berbagai cara.

Siapa sangka bahwa mengisi survey selama 15 menit bisa berujung pada imbalan yang cukup besar? Kenapa juga staf tersebut bisa begitu keukeuh dalam menawarkan surveynya setelah ditolak berkali-kali? Dan bagaimana pula caranya staf tersebut bisa menemukan profil saya yang begitu tidak berartinya di antara jutaan profil Linkedin Indonesia lainnya?

Ternyata apa yang difirmankan Allah SWT berikut ini memang benar adanya:

"Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin Allah rezekinya." (QS Hud : 6)

Yakinlah bahwa Allah yang Maha Pemurah tidak akan pernah melupakan hamba-hambaNya, termasuk dalam hal pembagian rezeki ;)

Baca Juga:

This blog is created to share some experiences and knowledges so we can make a better world together.