Kisah Sebungkus Gorengan dan Tertolaknya Hutang

C360_2016-06-28-05-15-12-550

Sore itu, sehabis membeli barang kebutuhan sehari-hari di toko sebelah, saya berniat memborong beberapa gorengan untuk teman berbuka puasa. Lumayan kan ada kriuk-kriuk sedikit di antara takjil yang nantinya saya nikmati sambil membantu perekonomian tetangga.
Dengan pede, saya berjalan ke lapak yang ditunggui seorang perempuan muda dan menunjuk gorengan-gorengan yang menarik perhatian saya.
Namun saat merogoh dompet, barulah teringat bahwa uang cash saya sudah habis.
Karena tidak mungkin membayar dengan kartu debet, maka dengan jujur saya ungkapkan itu pada mbak-mbaknya.
Diluar dugaan, mbaknya malah menawarkan agar gorengannya dibawa dulu saja karena tahu saya tinggal depan rumah dan sering berbelanja di toko kelontong dekat lapaknya. Tapi saya tidak enak dan berusaha keras mencari uang kecil untuk membayarnya.
Setelah berusaha setengah mati mencari kesana-kemari, ternyata duitnya memang kurang dan si mbak kembali menawarkan agar dibayar nanti saja kalau mampir lagi. Meskipun tawarannya menggiurkan dan memang sudah ingin sekali makan gorengan, namun saya menolak dan memilih mengambil gorengan yang sesuai jumlahnya dengan uang yang saat itu ada di tangan saya.
Dengan berat hati, saya pun melangkah pergi dengan gorengan yang tidak sesuai keinginan, tapi lebih lega karena sudah terbebas dari jerat hutang.
Walaupun sangat kecil jumlahnya dan tidak berbunga, kalau bisa saya tidak ingin berhutang sama sekali. Prinsip saya, lebih baik hidup kurang nyaman tanpa hutang daripada bergelimang kemewahan tapi semuanya bukan hasil keringat sendiri, terlebih nanti bayarnya harus berlipat-lipat.
Selama ini alhamdulilah saya belum punya hutang dan hal yang saya lakukan sangat sederhana: tidak pernah membeli sesuatu yang tidak bisa dibayar dengan cash.
Bagaimana kalau butuh sekali, untuk pengobatan misalnya?
Saya juga pernah mengalami hal itu dimana wajah saya bermasalah dan sudah menghabiskan banyak biaya untuk dokter kecantikan. Karena  nominal pembayarannya yang sangat besar namun tidak kunjung sembuh, akhirnya saya beralih pada pengobatan tradisional. Ajaib, hanya dalam beberapa waktu saja, wajah saya bisa sembuh dengan biaya yang sangat murah.
Intinya, untuk dapat terbebas dari hutang hanyalah perlu hidup apa adanya dan tidak menginginkan hal yang diluar jangkauan. Niscaya bisa lebih tenang dan damai karena penghasilan selalu dapat digunakan secara utuh dan tidak dikejar-kejar debt collector yang sangat menggangu. Coba saja! 😉

Baca Juga:

This blog is created to share some experiences and knowledges so we can make a better world together.