Wanita Indonesia dan Definisi Kesuksesan


Wanita Indonesia sudah mulai berpikiran modern saat ini. Banyak di antara mereka yang mengecap pendidikan sampai ke jenjang yang tertinggi dan menempati posisi-posisi penting baik di institusi swasta maupun pemerintahan.

Namun sayangnya, kadang banyak kaum wanita yang beranggapan bahwa menjadi sukses hanyalah berorientasi pada materi belaka. Definisi sukses sering disamakan dengan kemampuan untuk meraih pendidikan atau jenjang karier yang setinggi-tingginya. Uang kerap kali menjadi tolak ukur kesuksesan seorang wanita. Rasanya sudah "setara" dengan laki-laki bila bisa duduk sama rata dan sama rasa secara materiil.

Akibatnya, tidak sedikit yang lantas mengorbankan kehidupan pribadinya, misalnya keluarga, demi meraih "kesuksesan" yang diyakininya ini. Ada yang menunda berkeluarga hingga usia yang terlampau matang demi ambisi mengejar pendidikan atau karier. Ada pula yang sudah berkeluarga namun ketika dikaruniai keturunan, maka buah hatinya itu dititipkan sepenuhnya pada pihak lain. Sekedar memenuhi kebutuhan anak secara materi sudah dianggap cukup bagi mereka. Bahkan sampai ada yang tidak dikenal oleh anaknya sendiri dan dipanggil "Tante" bila pulang ke rumah saking sibuknya.

Menurut saya, menjadi seorang wanita Indonesia yang sukses bukanlah dengan cara sepenuhnya melupakan kodratnya. Manusia di muka bumi ini bisa terus eksis akibat adanya keberlanjutan dari generasi sebelumnya, karena itu alangkah sayangnya jika mengorbankan kualitas generasi yang akan datang demi mengejar materi yang tidak akan ada habisnya itu. Kodrat seorang wanita adalah menjadi seorang ibu, karena itu meskipun zaman sudah berubah, maka seyogyanya hal tersebut tidak ikut mengikis peranan wanita dalam membentuk sebuah keluarga.

Sebagai ibu, sudah tugas seorang wanita untuk mendidik anaknya. Tapi mungkin ada wanita yang beranggapan bahwa meeting di gedung-gedung tinggi lebih penting daripada mengasuh anak demi keberlangsungan eksistensinya sebagai seorang manusia. Toh mereka berpikir bahwa ini semua dilakukan untuk mencari penghasilan agar anaknya bisa mendapatkan kehidupan yang layak.

Tapi mengasuh anak bukanlah sekedar materi. Terbukti banyak anak dari keluarga yang tergolong mampu justru terjerumus ke hal-hal negatif karena kesepian di rumah. Tidak ada ayah maupun ibu yang memberikan kasih sayang sehingga mereka memutuskan untuk mencarinya di luar yang kadang tidak selalu berdampak baik.

Mungkin waktu masih kecil, mengasuh anak-anak termasuk merepotkan. Namun ketika mereka sudah dewasa dan orangtuanya sudah mulai menua, maka akan terasa betapa pentingnya keberadaan seorang anak.

Ya, anak adalah sebuah "investasi" bagi orangtuanya. Sama dengan sebuah usaha yang butuh ketelatenan agar bisa menjadi sukses, anak juga butuh diasuh dengan penuh kesabaran sebelum orangtuanya bisa memetik hasilnya di kemudian hari. Dan peran seorang ibu sangatlah penting untuk membentuk kepribadian seorang anak hingga bisa menjadi kebanggaan bagi orangtuanya kelak.

Memang sekarang para wanita ini bisa saja masih eksis dimana-mana dengan tubuh yang sehat, wajah yang cantik, kedudukan yang bagus, dan harta yang berlimpah. Tapi kalau tubuh sudah sakit-sakitan, kulit sudah keriput, tak mampu lagi bekerja, dengan harta yang sulit dikelola sendiri, siapakah yang akan dijadikan sandaran? Meskipun punya dana pensiun yang lebih dari cukup, tapi jika sudah mulai pikun, bagaimana cara mengelola dana tersebut? Anak yang berbaktilah yang biasanya akan menjadi sandaran di hari tua kelak.

Karenanya, kehadiran seorang ibu sangatlah penting untuk mendukung proses tumbuh-kembang anaknya. Bukan pembantu, babysitter, apalagi kakek-nenek. Pembantu atau babysitter kebanyakan adalah orang-orang yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi, karena itu mereka mungkin tidak bisa mendidik sebaik yang diharapkan. Lagipula kasih sayang yang diterima kadang berbeda karena yang memiliki ikatan darahlah yang  biasanya akan mengasuh anak dengan sepenuh jiwanya.

Bagaimana dengan kakek-nenek si anak? Memang dalam hal kasih sayang, mereka tidak perlu diragukan lagi, tapi bukankah di usia senja, sudah saatnya bagi mereka untuk beristirahat dari segala kesibukan? Mengurus anak terlebih yang masih kecil bisa sangat merepotkan karenanya kasihan rasanya jika para lansia ini masih harus disibukkan oleh tingkah-polah cucunya.

Oleh karena itu, mengasuh anak sendiri adalah solusi untuk membentuk anak yang berkualitas yang sesuai dengan harapan orangtuanya. Namun bagaimana dengan wanita yang bekerja kantoran dengan jam kerja dari pagi sampai sore? Bagaimana caranya mengasuh anak dengan kondisi yang demikian?

Well, mereka bisa saja memasukkan anaknya ke full-day school, jadi bisa dijemput saat pulang kantor. Bisa juga memasukkannya ke les yang bermanfaat dan disukai anaknya jadi sepulang sekolah ada kegiatan lain yang bisa dilakukan sambil menunggu orangtuanya pulang.

Atau kalau penghasilan suami sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari, berhenti bekerja di kantor bisa merupakan sebuah pilihan. Mungkin ada pekerja kantoran wanita yang shock dengan hal ini dan memaparkan ketakutannya kalau-kalau bercerai dengan suami atau suami berpulang secara mendadak. Jangan khawatir!

Di zaman internet seperti sekarang, ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah. Seperti jualan online, menjadi penulis/penjahit, buka usaha sendiri, atau yang lainnya sesuai dengan kreativitas masing-masing. Dengan demikian, para ibu bisa tetap mendapatkan penghasilan sendiri dengan waktu kerja yang fleksibel yang bisa disesuaikan dengan pola asuh anaknya.

Menjadi full-time mom juga bukan hal yang bisa dipandang sebelah mata. Seringkali para wanita merasa sia-sia jika sudah menempuh pendidikan yang tinggi namun akhirnya ilmunya itu tidak digunakan.  Kalau bagi saya, mengasuh anak dengan pendidikan tinggi, S2 dan S3 misalnya, justru adalah hal yang bagus.  Anak bisa mendapatkan pendidik yang cerdas yang juga menyayanginya sepenuh hati. Bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendatangkan pengajar S2 atau S3 untuk mendidik anak secara privat di rumah. Itu pun biasanya hubungan yang dibangun adalah sebatas hubungan profesional.

Kalau ibunyasendiri yang mengasuhnya dengan memiliki pendidikan yang tinggi, maka bukan saja menghemat biaya pendidikan si anak tapi juga menghasilkan generasi selanjutnya yang lebih berkualitas, yang pada gilirannya akan membuat mereka menjadi lebih cepat sukses karena memiliki pengetahuan yang berlimpah. Poin plusnya, anak ini juga memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai harapan karena dididik oleh ibunya sendiri. Jadi siapa bilang ibu rumah tangga tidak perlu sekolah tinggi-tinggi?

Namun bagaimana caranya menghilangkan kekhawatiran para ibu rumah tangga jika menggantungkan diri sepenuhnya pada sang suami? Bukankah bisa saja suaminya itu berbuat semena-mena, pergi, atau meninggal dunia? Bukankah jika itu terjadi maka wanita yang tidak punya uang sendiri berada dalam posisi yang lemah?

Tidak selalu demikian. Para ibu rumah tangga ini bisa memiliki dana cadangan tak terduga dari tabungan atas namanya sendiri. Uang yang ditabungkan bisa merupakan sisa dari pemberian suami yang tidak habis dibelanjakan, warisan orangtua, pemberian/hadiah orang lain, hasil arisan, atau yang lainnya. Jadi jika terjadi hal yang tidak diinginkan, sudah ada uang sendiri yang bisa digunakan untuk keperluan darurat, baik untuk hidup di tempat yang baru atau buka usaha sendiri. Buka usaha alias berjualan tidak punya batasan usia seperti wanita kantoran jadi para ibu rumah tangga ini juga bisa mandiri jika diperlukan.

Jadi, Ladies, menjadi wanita Indonesia yang sukses haruslah juga memperhatikan kodrat kita. Sukses secara materi belaka tidak akan terasa sempurna tanpa memperhatikan kebutuhan akan pencapaian yang lain, yaitu keluarga. Keluarga adalah satu-satunya tempat kembali yang mau menerima apa adanya diri kita tanpa syarat, karena itu sudah saatnya para wanita menjadi pelopor untuk menciptakan keluarga yang berkualitas demi Indonesia yang lebih baik.


This blog is created to share some experiences and knowledges so we can make a better world together.