7 Pertimbangan bagi Muslimah Menyikapi Tren Childfree, Waspadai Nomor 6!

Istilah childfree sedang viral akhir-akhir ini, merujuk pada kehidupan tanpa anak bersama pasangan. Ada artis dan influencer yang memilih untuk melakukan hal ini dengan berbagai alasan. Namun sebelum berpikir untuk meniru gaya hidup yang diadopsi dari Barat itu, berikut ini beberapa pertimbangan yang bisa dijadikan masukan bagi para muslimah di Indonesia.


1. Manusia Tidak Akan Hidup Selamanya
Sesukses atau sebahagia apapun hidup seseorang nanti, mereka tidak akan hidup SELAMANYA. Semakin banyak yang melakukan childfree maka jumlah penduduk di bumi akan semakin berkurang dan itu bisa mengarah pada kepunahan, sementara angka kematian juga bertambah setiap hari.
Salah satu alasan penganut childfree adalah mereka tidak ingin menambah jumlah populasi manusia yang ditengarai dapat membuat kondisi di bumi semakin memburuk akibat perubahan iklim, ketersediaan pangan, atau yang lain. Tapi niat yang bagus itu jika solusinya adalah sama sekali tak memiliki anak maka sepertinya kurang tepat, apalagi bagi muslimah. Karena Rasulullah SAW pun menganjurkan muslimah yang dianugerahi kemampuan reproduksi untuk memiliki anak, seperti isi hadist berikut ini:


Dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata, ia berkata bahwa ada seseorang yang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata bahwa ia benar-benar mencintai wanita yang punya garis keturunan yang baik dan berparas cantik, namun sayangnya ia tidak bisa memiliki keturunan.
Ia bertanya pada Rasulullah, “Apakah boleh aku menikahinya?”
Beliau menjawab, “Tidak boleh.”
Kemudian ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi kedua kalinya, jawabannya pun sama dilarang.
Kemudian ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketiga kalinya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Nikahilah wanita yang pengasih dan punya banyak keturunan karena aku sangat berbangga karena sebab kalian dengan banyaknya pengikutku.” (HR. Abu Daud, no. 2050; An-Nasa’i, no. 3229. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)


Lagipula masih banyak cara yang lain untuk memerangi perubahan iklim, misalnya dengan mengurangi sampah plastik, menghindari penggunaan kendaraan pribadi, menghemat energi, dll. Terkait dengan ketersediaan pangan, kita juga bisa ikut berpartisipasi dengan tidak membuang-buang makanan (Indonesia adalah salah satu negara pembuang makanan terbesar di dunia), menanam sayuran secara mandiri di halaman rumah atau secara hidroponik, dst. Dengan demikian meski memiliki anak, tetap bisa menjaga kelestarian dunia ini.


2. Meneruskan Legacy
Salah satu pendukung tren childfreee menyatakan bahwa keberadaan anak akan menghambat karir atau pendidikannya. Terutama di abad 21 ini saat wanita dapat menjadi apapun atau meraih pendidikan setinggi yang dia inginkan. Sudah bukan hal yang mustahil bagi wanita untuk menjadi presiden, CEO, doktor, astronot, dsb. Bahkan tak jarang karier dan penghasilan wanita jauh melebihi pria dalam rentang usia yang sama.
Tapi untuk sesaat, kembalilah pada poin pertama: manusia tidak akan hidup selamanya. Yang berarti orang terkaya di dunia pun tak bisa bertahan melebihi usia 200 tahun di masa sekarang ini. Karena itu alangkah baiknya jika legacy yang sudah diperjuangkan selama ini ada yang melanjutkan. Jika memiliki anak, maka peluang bahwa legacy tersebut akan terus terjaga akan lebih besar.
Misalnya jika ada yang memiliki perusahaan sendiri, maka sang anak bisa melanjutkan pengelolaannya sesuai dengan nilai-nilai yang sudah ditanamkan sejak dini. Atau jika selama ini berkutat pada suatu kegiatan yang bermanfaat (badan amal, kegiatan keagamaan, dll) maka sang anak bisa meneruskan kebaikan itu suatu saat nanti. Selain itu bagi yang memiliki nama keluarga (secara nama keluarga tidak umum di Indonesia), maka kehadiran anak bisa terus melestarikan keberadaan nama keluarga di tengah masyarakat.


3. Ladang Pahala
Bagi muslimah yang sudah menikah, memiliki keturunan adalah ladang pahala. Dimana dalam setiap kegiatan mengandung, melahirkan, dan mengasuh anaknya maka akan mendatangkan pahala.
Namun sebagian dari yang berniat untuk childfree mengatakan bahwa mereka tidak siap untuk direpotkan oleh kehadiran anak entah karena kesibukan berkarir, ribetnya mengurus anak yang rewel, atau rasa takut melahirkan yang membuat ragu.
Nah, kisah Rasulullah SAW dan putrinya, Fatimah Az-Zahra, dibawah ini bisa disimak.


Suatu ketika, Rasulullah  SAW mendatangi Fatimah. Wanita itu dalam keadaan menangis sambil menggiling gandum.
Melihat putrinya yang sedang menangis, Nabi mendekati putrinya, lalu bertanya, "Wahai Fatimah mengapa engkau menangis? Allah tidak menyebabkan matamu menangis."
Lalu, Fatimah menceritakan kepada ayahnya perihal sesuatu yang membuatnya menangis, "Wahai ayahku, aku menangis karena kesibukan tugas rumah tangga yang aku kerjakan setiap hari tanpa seorang pun yang membantu."
Kemudian, Nabi duduk di samping Fatimah. Lalu, Fatimah melanjutkan ceritanya, "Wahai ayahku, dengan keutamaan yang engkau miliki, tolong katakan pada Ali supaya mau membelikan budak untukku agar dapat membantu menggiling gandum dan mengurusi pekerjaan rumah."
Setelah mendengar cerita tersebut, Nabi SAW berdiri dan mengambil gandum dengan tangannya mengucapkan bismillah. Kemudian, Nabi berkata kepada putrinya sebagai bentuk nasihat dan penyemangat supaya putrinya tidak lagi mengeluh ketika melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri. Beliau memberikan lima nasihat kepada Fatimah terkait keluhannya.
"Wahai Fatimah, Allah ingin menulis kebaikan untukmu, melebur dosa-dosamu,dan mengangkat derajatmu. Wahai Fatimah, tiada istri yang menggiling tepung untuk suami dan anaknya kecuali Allah mencatatkan kebaikan baginya pada setiap biji dari gandum, meleburkan dosanya, dan meninggikan derajat-nya.
Wahai Fatimah, tiada keringat istri ketika menggiling tepung untuk suaminya kecuali Allah menjadikan jarak baginya dan neraka sejauh tujuh khanadiq. Wahai Fatimah, tiada istri ketika memakaikan minyak rambut pada kepala anaknya, menyisir, dan mencuci pakaiannya kecuali Allah mencatatkan baginya senilai pahala orang yang memberi makan seribu orang lapar dan ditambah dengan pahalanya orang yang memberi pakaian pada seribu orang telanjang.
Wahai Fatimah, ketika seorang istri mengandung janin di perutnya, malaikat memintakan ampun untuknya, Allah menulis 15 ribu kebaikan baginya. Ketika datang rasa sakit melahirkan, Allah SWT menulis pahala baginya senilai pahala mujahidin, dan ketika seorang bayi telah lahir darinya maka Allah mengeluarkan berbagai macam dosa darinya hingga dia bersih kembali sebagaimana hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya."


Lagipula pada zaman sekarang ini ada banyak teknik melahirkan untuk mengurangi rasa sakit misalnya waterbirth, hypnobirthing, atau alternatif yang lain. Selain itu, dalam Islam, keberadaan anak akan sangat berarti setelah kepergian orangtuanya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadist sebagai berikut:


“Ketika seseorang telah meninggal dunia, maka terputus lah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya.”
(HR. Muslim, no.1631)


Sedekah jariyah bisa berupa wakaf tanah, masjid, lembaga pendidikan, atau yang lainnya. Semua itu bisa dikelola oleh anak yang dimiliki sehingga dapat dilanjutkan sampai beberapa generasi ke depan. Juga, anak yang diajarkan ilmu yang bermanfaat sejak kecil dapat terus mengaplikasikannya yang berarti amal tersebut akan terus mengalir bahkan sampai berabad-abad yang akan datang karena diajarkan secara turun-temurun. Belum lagi ada doa yang dapat terus diperoleh saat semuanya tak bisa lagi dilakukan yang dipanjatkan oleh anak yang saleh.
Sebagai muslimah, seyogyanya bukan hanya memikirkan kebahagiaan di dunia ini saja, dimana tidak punya anak berarti bisa hidup bebas bersenang-senang berdua dengan suami seterusnya, namun juga mempertimbangkan kebahagiaan di akhirat dimana kehadiran anak bisa sangat membantu.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِيْ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ : يَا رَبِّ أَنىَّ لِيْ هَذِهِ ؟ فَيَقُوْلُ : بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

“Sungguh, Allah benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga.” Maka ia pun bertanya, “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?” Allah menjawab, “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu.” (HR. Ahmad, Ibnu Katsir berkata, isnadnya shahih)

4. Membuka Pintu Rezeki 
Alasan untuk childfree lainnya adalah merasa belum mampu untuk menafkahi anak dengan layak terlebih jika jumlahnya cukup banyak. Padahal Allah SWT sudah menjamin rezeki seorang anak dalam Al-Qur'an.


“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu.” (QS. Al-Isra’: 31)


Jadi anak bisa saja adalah penyebab orangtuanya dikarunia rezeki, karena itu dulu ada istilah "banyak anak banyak rezeki".
Rezeki bisa berupa banyak hal, bukan hanya dalam bentuk uang, tapi misalnya kesehatan, lingkungan yang damai atau kehidupan yang tenang. Sayangnya rezeki tak selalu pas untuk GAYA HIDUP. Karena itu hindari stigma bahwa kehidupan yang "layak" harus identik dengan keglamoran seperti yang bisa dilihat pada influencer atau selebritis. Hal ini penting untuk diperhatikan karena mindset seperti itu bisa menyebabkan suatu pihak senantiasa rendah diri dan merasa belum "mampu" sehingga menunda bahkan menghilangkan keinginan punya anak. Padahal dari kehidupan yang sederhana pun bisa lahir seseorang yang hebat. Banyak tokoh dunia yang lahir dari keluarga biasa saja, misalnya JK Rowling.


5. Membentuk Generasi yang Lebih Baik 
Alasan lain yang dikemukakan supporter childfree adalah lingkungan sekitar yang tak memadai untuk membesarkan seorang anak, terlebih kalau terdapat banyak masalah seperti keamanan, bullying, penghakiman dan yang lainnya. Lagipula ada banyak anak yang terlantar di dunia ini, kenapa harus menambah satu orang lagi jika banyak yang masih butuh kasih sayang di luar sana?
Well, bagaimana kalau dengan punya anak justru bisa membuat dunia lebih baik lagi?
Caranya adalah mendidik anak yang kita lahirkan menjadi pribadi yang berguna bagi bangsa, negara, dan agama sehingga dapat mengurangi masalah-masalah sosial dan menjadikan lingkungan sekitar lebih baik. Siapa tahu anak itu kelak menjadi orang berpengaruh atau bahkan pemimpin dunia sehingga dampak yang diberikan bisa sangat signifikan bagi perbaikan lingkungan. Dan perbaikan itu bisa dilanjutkan oleh generasi berikutnya dan demikian seterusnya.
Memiliki anak sendiri juga bukan halangan untuk merawat anak-anak terlantar. Karena sambil memiliki anak, kita masih tetap bisa mengelola lembaga yang menampung anak telantar dan justru bisa menambah pemahaman akan apa yang diinginkan dan dibutuhkan seorang anak sehingga dapat memaksimalkan bantuan yang diberikan.


6. Dampak pada Kehidupan Sosial
Bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar memeluk agama Islam, tidak memiliki anak setelah menikah belum dapat diterima secara luas. Sebagian ilmu sosial menyatakan itu adalah konstruksi sosial, namun hal itu nyata adanya di sini sehingga besar kemungkinannya akan dikucilkan, dicaci-maki atau menjadi bahan gosip. Keyakinan untuk childless hampir pasti akan menjadi masalah keluarga karena tidak seperti di Barat, pernikahan di Nusantara masih melibatkan keluarga besar. Perseteruan akan keberadaan anak bahkan dapat berujung pada permintaan cerai atau poligami karena banyak keluarga muslim di Indonesia yang masih menginginkan keturunan. Jadi tantangan untuk menjadi seorang yang childless dalam pernikahan di Indonesia masih cukup berat karena keberadaan anak dalam pernikahan hampir seperti sebuah keniscayaan.


7. Tidak Ada Pesta yang Tidak Berakhir
Saat masih berusia produktif, apalagi saat karir sedang moncer-moncernya dan bergaji besar, memang akan sangat menyenangkan kalau bisa bersenang-senang semaksimal mungkin tanpa adanya halangan. Setiap hari hanya perlu memikirkan kondisi diri sendiri dan pasangan, tak perlu susah mengurus atau memikirkan yang lain, hanya perlu menghabiskan waktu dan uang yang ada dengan sebahagia mungkin. Hidup bebas-sebebasnya dan bisa selalu mengunjungi berbagai tempat keren di dunia untuk kemudian dipajang di sosmed agar mengundang decak kagum semuanya.
Sayangnya, masa muda tidak berlangsung SELAMANYA. Cepat atau lambat, masa tua itu akan datang dan sangat mungkin pasangan pergi terlebih dahulu sehingga akhirnya harus hidup SENDIRIAN. Tak semudah itu mencari pasangan baru apalagi kalau sudah berusia lanjut.
Ketika badan sudah mulai berpenyakit (apalagi tren childfree ternyata bisa mendatangkan berbagai penyakit baru seperti kanker payudara, kanker rahim, atau kista endrometrosis), siapa yang dapat dijadikan tumpuan? Teman yang rata-rata juga sudah menua, yang bisa jadi juga kesulitan mengurus diri sendiri? Atau kerabat, yang bisa jadi juga sibuk mengurus diri atau orangtua mereka?
Kalau bisa terus menjalani masa tua dengan tubuh yang sehat dan pikiran yang jernih, maka beruntunglah karena setidaknya masih bisa merawat diri sendiri. Namun nasib orang siapa yang tahu. Jika ternyata tertimpa suatu penyakit seperti stroke atau alzheimer, atau mengalami kecelakaan yang mengakibatkan diri tak berdaya (bahkan untuk mengelola keuangan sendiri), maka apa yang bisa dilakukan?
Manusia memang bisa merencanakan kehidupan sedetail-detailnya. Tidak ada orang yang mau sakit, pikun, atau ringkih di masa tuanya. Upaya pencegahan di masa modern ini memang sangat banyak tapi pada akhirnya Allah yang menentukan segalanya. Dan kalau menurut kehendak-Nya seseorang harus mengalami masa tua yang penuh tantangan, maka tidak ada yang bisa menghalangi-Nya.
Selama ini biasanya yang merawat orangtua paling tulus dan tidak hitung-hitungan adalah ANAK. Sehingga jika hal ini terjadi pada kaum childfree, maka bayangkan support seperti apa yang akan dilewatkan di masa tua nanti. Dan saat penyesalan itu datang, sudah terlambat, tidak bisa lagi kembali atau memutar waktu agar bisa memiliki anak yang berbakti dan peduli dengan kondisinya.


Jadi itulah 7 pertimbangan sebelum memutuskan untuk mengadopsi gaya hidup childfreee bagi seorang muslimah. Semoga tulisan ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi semuanya menyangkut topik yang sedang viral ini :)


Baca Juga:

Wanita Indonesia dan Definisi Kesuksesan 

16 Cara Mudah untuk Jaga Tubuh Tetap Sehat, Investasi Terbaik yang Bikin Kaya-Raya

Pas Untuk Diet, 5 Alat Masak Elektronik Ini Bisa Bikin Hidup Lebih Sehat

Yuk Masak Sendiri 5 Resep Kekinian Ala Resto #Dirumahaja !

8 Tips Cerdas Agar Tak Panik Saat Minyak Goreng Mahal

5 Rekomendasi Kegiatan Anti Bosan Saat Harus Di Rumah Aja 

Weekend Hemat Tetap Seru, Simak 4 Tips Kreatif Ini





Referensi:  

https://rumaysho.com/13171-manfaat-punya-banyak-anak.html

https://www.swarnanews.co.id/menyikapi-keluhan-fatimah-rasulullah-saw-berikan-nasihat-seperti-ini

https://muslim.or.id/68365-childfree-dalam-padangan-islam.html

https://www.m.antaranews.com/amp/berita/2372946/ini-dampak-hingga-risiko-biologis-memilih-childfree

This blog is created to share some experiences and knowledges so we can make a better world together.