Cara mengatasi anak-anak yang kecanduan gadget, ternyata semudah ini, orangtua wajib tahu!

"Ayah," kata putri Jonathan Haidt yang berusia enam tahun pada suatu hari, "Apa bisa Ayah mengambil iPad ini? Aku sudah coba berhenti main tapi gak bisa.” 

Ketika anak-anak sudah menyadari bahwa suatu teknologi modern menyebabkan masalah bagi mereka, maka ini adalah sesuatu yang perlu kita atasi. 

Haidt, seorang akademisi Amerika, khawatir bahwa ponsel pintar telah mengubah sifat masa kanak-kanak secara mendasar, membuat anak-anak kita mengalami depresi dan mengurangi kemampuan mereka untuk berfungsi di dunia nyata. 

Menurutnya suatu tindakan diperlukan. Masalahnya, menurutnya, ada dua. 

Pertama, kita telah terlalu melindungi anak-anak kita di dunia fisik, sehingga mengakhiri "masa kanak-kanak yang berbasis permainan". 

Dan yang kedua, kita kurang melindungi mereka di dunia online, sehingga memunculkan "masa kanak-kanak yang berbasis ponsel". 

Semua mamalia belajar melalui bermain. Anak kucing mempermainkan wol sebagai pengganti ekor tikus. 

Kondisi taman bermain yang kacau adalah "hal yang mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di kemudian hari". 

Sama seperti pohon muda yang terkena angin kencang akan tumbuh menjadi lebih kuat, "anak-anak hanya dapat belajar bagaimana tidak terluka dalam situasi yang memungkinkan untuk terluka, seperti saat bergulat dengan temannya".

Namun dengan maraknya berita tanpa henti, orang tua menjadi lebih takut dari yang seharusnya. 

Anak-anak selalu berada dalam resiko, namun orang tua bersikeras untuk memanjakan mereka secara berlebihan.

Haidt bercerita tentang wanita Inggris yang berkendara berjam-jam di belakang bus yang membawa putranya dalam perjalanan sekolah, hanya untuk memastikan anaknya itu tiba dengan selamat. 

Ada juga yang membuat tanda di sebuah sekolah di California, "Sepak bola hanya dapat dimainkan jika ada orang dewasa yang mengawasinya."

Salah satu fakta yang ia sampaikan adalah adanya penurunan jumlah anak-anak yang dirawat di rumah sakit karena cedera yang diderita saat mengendarai sepeda atau memanjat pohon. 

Dan bukan hanya keamanan fisik, ada juga "sistem kekebalan psikologis". 

Anak-anak perlu belajar cara "menangani, memproses, dan mengatasi rasa frustrasi tanpa menjadi mangsa kekacauan batin selama berjam-jam atau berhari-hari." Lalu, bagaimana dengan "masa kanak-kanak yang berbasis ponsel"? 

Haidt berpendapat bahwa segalanya berubah pada awal tahun 2010-an, ketika layar yang kita tatap menjadi ponsel pintar yang dapat kita bawa kemana-mana. 

Sejak tahun 2010, jumlah anak-anak di AS yang menderita episode depresi berat meningkat sebesar 150 persen.

Antara tahun 2010 dan 2019, angka bunuh diri meningkat hampir 50 persen pada mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun. 

Haidt mengatakan pola serupa terjadi di negara lain, termasuk Inggris. 

Pada tahun 2007, telepon seluler hanyalah telepon yang dapat mengirim pesan teks, tapi itu rumit karena untuk mengetikkan "s" harus menekan tombol "7" empat kali. 

Kemudian Apple memperkenalkan iPhone. Pada tahun 2009, Facebook memperkenalkan fasilitas "like", dan Twitter memperkenalkan fungsi "retweet", yang memungkinkan orang berinteraksi dengan konten. 

Pada tahun 2010 muncul kamera depan untuk selfie. Kini ponsel jauh lebih menggoda untuk digunakan, sebuah "portal di saku" yang "menjauhkan dari orang-orang terdekat dan menuju alam semesta alternatif’. 

Ini bukan suatu kebetulan. Perusahaan teknologi merekayasa produk mereka untuk memaksimalkan kecanduan. 

Media sosial adalah tentang kuantitas, bukan kualitas. Ini adalah "ironi besar" karena semakin membenamkan diri di dalamnya, justru akan semakin kesepian dan tertekan. 

Hal ini terutama berlaku pada perempuan. Berdasarkan survei yang dilakukan, satu dari lima orang pernah mengalami perundungan siber (cyber-bullying), dan hanya terjadi pada satu dari sepuluh anak laki-laki. 

Dan bahkan ketika seorang gadis tidak ditindas secara langsung, dia tetap merasa ragu terhadap penampilannya, dan bagaimana hal itu dibandingkan dengan foto-foto Instagram yang memiliki banyak filter yang diterapkan pada foto-foto tersebut. 

Pantulan yang dilihat seorang gadis di cermin akan terlihat "semakin tidak menarik". 

Anak laki-laki cenderung menderita akibat kecanduan game, yang menjebak mereka di kamar tidur selama berhari-hari. 

Chris, seorang peneliti muda, mengutip pengalamannya sendiri, dan mengatakan bahwa kehilangan pengalaman sosial berarti dia sekarang "sering merasa seperti sistem operasi yang hampa". 

Tentu saja bukan hanya anak-anak saja. Banyak orang dewasa yang juga mengalami kecanduan serupa, sering memeriksa ponsel mereka selama percakapan. 

Seluruh keluarga duduk di rumah sambil menatap layar, menghabiskan waktu "sendirian bersama". 

Tapi orang dewasa bisa menjaga dirinya sendiri.

Apa yang bisa dilakukan untuk menjaga anak-anak? 

Haidt tidak mengklaim memiliki semua jawaban, namun ia menyarankan taktik seperti membuat anak-anak menunggu hingga usia 14 tahun sebelum mendapatkan ponsel pintar. 

"Tapi semua teman sudah punya!" 

Akan datang balasan seperti itu. 

Lalu mungkin meniru sekolah-sekolah di AS yang orang tuanya menandatangani perjanjian untuk tidak membeli ponsel pintar sampai usia tertentu. 

Sekolah juga dapat berperan dengan memaksa siswa untuk menyimpan ponsel di tas mereka. 

Apa pun yang kita lakukan, inilah saatnya untuk menyadari bahwa telah terjadi perubahan besar dalam perilaku manusia. 

Seperti yang dikatakan Haidt, "Kita adalah makhluk fisik yang berevolusi untuk menggunakan tangan, ekspresi wajah, dan gerakan kepala kita sebagai saluran komunikasi, tapi Gen Z malah belajar memilih emoji."


*Diterjemahkan dari artikel Dailymail berjudul: "Why smart phones are a form of child abuse: An author's tips on how to stop YOUR teen becoming addicted to screens"

*Sumber foto: https://pixabay.com/mhoppsy


Baca Juga:

Menikah dengan orang kaya, benarkah lebih bahagia?

Resiko besar intermittent fasting yang tak terduga, ternyata bisa kena berbagai penyakit ini, waspadalah!

This blog is created to share some experiences and knowledges so we can make a better world together.