Bijak Bersosialisasi di Tengah Pandemi

Sampai postingan ini di-update, wabah corona masih melanda bumi Indonesia. Berarti sudah beberapa tahun berlalu sejak kasus pertama corona muncul disini. Namun ada yang kurang bisa menahan diri sehingga dampaknya banyak klaster-klaster baru yang bermunculan. Hal ini akibat ada yang sudah tak sabar lagi ingin berkumpul seperti dulu.

Padahal corona masih ada dan nyata di  Nusantara sehingga tindakan pencegahan masih perlu dilakukan. Karena itu hendaknya keinginan untuk bersosialisasi dapat disikapi dengan bijak. 

Akan tetapi orang Indonesia memang senang ngumpul-ngumpul. Bahkan sampai ada pepatah "makan ora makan asal ngumpul". Banyak pula tradisi, adat, atau kebiasaan yang telah dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat dengan bersama-sama sehingga mungkin ada yang merasa kesulitan menjalankan "new normal" ini. 

Lalu bagaimana cara bersosialisasi yang aman di tengah pandemi Corona?


1. Batasi jumlah pertemuan fisik

Jika memang harus bertemu secara fisik maka usahakan untuk membatasi baik jumlah peserta, frekuensi maupun durasi pertemuan tersebut. Gunakan ruangan terbuka agar udara tidak hanya berputar di satu tempat yang bisa makin membuat makin cepat tertular jika ada yang positif corona. Sebisanya alihkan pertemuan secara online sehingga akan makin sedikit peluang untuk tertular virus. 


2. Terapkan prokes ketat

Selalu pakai masker dan sedia hand-santizer bagi yang hendak pergi keluar rumah, apalagi bila harus bertemu dengan orang banyak. Gunakan baju lengan panjang dan celana panjang jika tersedia dan jangan lupa rajin cuci-tangan setiap ada kesempatan. Selalu usahakan untuk mandi dengan sabun/shampo/cairan anti bakteri dan ganti baju yang bersih sepulang dari kegiatan di luar agar virus tidak ikut terbawa ke dalam rumah.


3. Galakkan komunikasi secara virtual

Zaman sekarang untuk bertatap muka dengan seseorang bahkan diluar negeri sekalipun bisa dilakukan secara virtual dengan aplikasi gratisan seperti WhatsApp, Telegram, BiP, Signal, Skype, dsb. Meeting dengan seratus orang pun bisa secara daring dengan menggunakan Zoom. Jika memungkinkan, gunakan komunikasi virtual secara masif untuk menjaga keselamatan rekan kerja, sahabat, atau keluarga Anda dari wabah ini. Jadi bersosialisasi terus dapat berjalan lancar meski hanya #dirumahaja.


4. Perbanyak kegiatan #dirumahaja bersama keluarga

Memang kadang membosankan tapi tinggal #dirumahaja bersama keluarga bisa menjadi salah satu solusi untuk memutus mata-rantai penularan virus. Kegiatan yang dulu biasa dilakukan bersama orang banyak kini bisa dilakukan dirumah aja dengan keluarga, misalnya beribadah, berolahraga, bermain, dll. Bisa jadi quality time juga kan?


5. Kirim hantaran spesial

Jika ada kerabat atau sahabat yang sedang berada dalam situasi yang istimewa, maka mengirim hantaran spesial baik melalui jasa pengiriman, ojek online, atau yang lain dapat menjadi salah satu alternatif selain bertemu secara fisik. Dengan begitu kita tetap menunjukkan kepedulian pada mereka namun juga tetap dirumah aja dengan aman untuk mempersingkat terjadinya pandemi di Indonesia.


Kecenderungan Menyukai Aktivitas Seremonial?

Memang kondisi di atas sepertinya kurang begitu ideal namun jangan sampai euforia yang berlebihan untuk berkumpul bersama ternyata lantas menjelma menjadi kesedihan karena ada yang terjangkit Corona setelahnya.

Merayakan hal secara seremonial pada saat tidak ada pandemi memang bagus untuk memperkuat tali kekeluargaan, namun seyogyanya hal itu dikondisikan sesuai dengan situasi yang terjadi pada saat ini. Apabila esensi suatu acara/kegiatan bisa berjalan tanpa perlu hadir secara fisik maka lakukan saja. 

Misalnya jika biasanya suka beribadah ke masjid namun karena kondisi sekarang sedang wabah, terlebih jika rentan terserang penyakit karena faktor usia yang sudah uzur atau memiliki penyakit bawaan, maka akan lebih baik jika sholat di rumah saja. Di rumah juga bisa kan melakukan sholat berjamaah bersama keluarga terdekat. Tidak perlu memaksakan diri karena Islam juga sudah meringankan pemeluknya jika terdapat kondisi darurat. Simak kisah di bawah ini:


Seperti dinarasikan Nafi: "Di suatu malam yang dingin, Ibnu 'Umar mengumandangkan adzan ketika hendak sholat di Dajnan dan mengatakan Shalu fi rihaalikum (sholatlah di rumahmu). Dia mengatakan, Rasulullah SAW pernah menyuruh muadzin mengumandangkan Shalu fi rihaalikum (sholatlah di rumahmu) saat adzan di malam yang hujan atau sangat dingin dalam perjalanan." (HR Bukhari).


Jadi tidak harus selalu melakukan segala sesuatu secara bersama-sama jika memang untuk saat ini hal itu justru bisa turut membuat orang lain terdampak hal yang cukup serius, dalam hal ini suatu penyakit yang bisa mematikan.

Namun yang terjadi adalah kadang ada yang memaksakan diri meski sudah ada keringanan, misalnya tetap menghadiri sholat berjamaah bersama orang banyak meski kondisi tidak memungkinkan. Akibatnya orang-orang disekitarnya bisa dirugikan, seperti kisah seorang peserta tarawih yang menularkan Corona pada banyak orang seperti yang diceritakan disini.

Padahal jika warga tersebut bisa sedikit lebih bijak dengan melakukan tarawih di rumah maka klaster ini dapat dihindarkan. Pahala tarawih juga masih bisa didapatkan meski sholat sendirian saja.

Klaster serupa juga banyak terjadi, misalnya klaster pernikahan yang bisa dibaca disini.

Pernikahan memang merupakan hal yang baik untuk mengesahkan ikatan dua anak manusia berbeda lawan jenis yang sudah cukup dewasa. Namun kegembiraan ini hendaknya disikapi dengan lebih bijaksana hingga tidak berpotensi membahayakan orang lain.

Di zaman seperti sekarang ini, pernikahan sebenarnya bisa dilakukan tanpa dihadiri banyak orang secara fisik. Sudah ada contoh pernikahan secara virtual yang disinyalir bisa lebih aman untuk dilakukan di masa seperti ini. Namun mungkin karena terdorong dari kecenderungan untuk membagikan kebahagiaannya pada orang lain, sehingga akhirnya ada orang-orang yang harus tertular corona pada acara ini.

Karena itulah jika ingin kehidupan cepat pulih seperti sebelum pandemi ini terjadi, maka jangan terlalu terpaku pada hal yang bersifat seremonial, misalnya sholat berjamaah harus ke masjid (bisa kok berjamaah di rumah), pesta pernikahan harus meriah dan rame (bisa kok melakukan pernikahan virtual), selamatan harus mengundang banyak orang ke rumah (bisa kok kirim hantaran lewat kurir/ojol), Lebaran harus mudik (bisa kok silaturrahim via telepon, surat atau video call), dst. Sebelum pandemi terjadi, memang bersosialisasi dengan cara seperti itu sudah biasa, namun sekarang mesti lebih waspada lagi. Dahulukan prokes dimanapun dan kapanpun apabila ingin diri sendiri, keluarga, kerabat, teman dan masyarakat luas tetap sehat dan cepat terbebas dari wabah ini. Toh nanti setelah semua ini selesai, masih bisa kembali bercengkrama bersama-sama seperti sebelumnya.

Tapi ada yang kemudian takut ditinggalkan orang-orang di jaringan pertemanannya atau kehilangan sesuatu jika tidak bersosialisasi seperti dulu. Misalnya jika sampai tercyduk tidak hadir ke acara hajatan salah satu teman maka takut akan diputus tali persahabatannya. Padahal teman yang baik adalah yang mendukung ke arah kebaikan. Kitalah yang semestinya mengingatkan mereka jika ternyata hajatan yang mereka selenggarakan kemungkinan tidak menaati prokes setempat. Dan sebenarnya kita juga bisa kok lebih memilih berinteraksi dengan mereka-mereka yang lebih sadar prokes. Lagipula jika kita memutuskan hadir secara langsung lantas harus terkena corona maka akibatnya bisa tidak main-main.

Terjangkit corona memang kadang hanya terlihat biasa saja seperti flu namun dalam tahap yang paling parah bisa membuat seseorang sampai meregang nyawa. Daya tahan tubuh tiap orang tidak sama, ada yang kuat sehingga menjadi OTG (orang tanpa gejala) sementara ada yang lemah sehingga membutuhkan ventilator. Karena itu yang lebih baik adalah agar sebisanya menghindarkan diri dari terpapar covid-19. 

Semakin kita taat menjaga kesehatan maka makin cepat pula wabah ini berlalu. Salah satu upaya kita adalah bijak dalam bersosialisasi sehingga tidak menjadi bagian dari kemunculan klaster-klaster baru yang telah terpapar virus corona. Tahan diri sebentar saja demi kehidupan yang lebih baik, bukankah cukup mudah? Ayo, kita pasti bisa! 💪


Baca Juga:





This blog is created to share some experiences and knowledges so we can make a better world together.